Senin, 19 Agustus 2013

tuhan, maafkan aku
aku menjauh darimu
aku jauh darimu jauh sekali darimu

tuhan, maafkan aku
telah lama aku tak bersujud padamu
telah lama aku tak berserah padamu
maafkan aku

kadang waktu begitu melelahkan
kadang semua begitu memuakkan
serasa aku ingin berhenti

berhenti
berhenti

namun, engkau begitu sayang padaku
kau raih pundakku agar aku kuat
kau hibur aku agar tak menangis
maafkan aku

aku merindukan masa lalu
pada langkah langkah yang begitu ku sesali
pada kesempatan yang ingin aku rubah
namun terlanjur usang
dan terbakar

tuhan, jika datang masa depan untukku
berilah aku ilhammu agar langkah ini tak ku sesali
semoga semua yang terjadi bisa jadi pelajaran terbaik untukku
membukakan pintu hati
yang kelabu

the story today
tuhan, semalam aku keliling surabaya, dan aku merindukannya, dia bicara tapi tanpa suara aku merindukannya
lalu aku memimpikan seseorang yang sama sekali aku tak tau
namun aku tau, dia telah menghampiri malamku tak hanya kali ini
aku pernah memimpikannya sebelumnya, mungkin ini ketiga kali
tuhan, siapakah dia? aku penasaran give the way ya .


Selasa, 04 Juni 2013

dear GOD

ya Alloh,kadang waktu membawaku terbang peda sebuah masa yang tak ku mengerti
kadang masa memaksaku merasuki kondisi yang tak mudah
kadang dilema menjeratku pada emosi
lalu jadilah aku disini, yang enggan lagi untuk tertawa lebih dari ini.
ya Alloh, kadang aku terlalu naif memaknai anugerahmu
kadang aku terlalu buta untuk merapa pesan indah Mu
rasanya ilmu yang ku dapat cuma soal bagai mana 1+1=2, tak lebih
kadang yang ku fahami hanyalah mengapa aku butuh makan jika lapar, tak lebih
padahal seharusnya lebih dari itu
seharusnya aku sadar, padahal logikaku menerimamu lebih dari apapun

'jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan amal makruf, serta berpalinglah dari orang orang bodoh'
ya Alloh, semua telah kau firmankan dengan sebegitu mudah di terima, segitu gampang di cerna, dan logikaku tak menolak, dan tak ada kesalahan. namun ya Alloh, mengapa aku tak bisa juga jadi orang yang berbudi, tak bisa memaafkan.

ya alloh, tanpamu aku buta, tanpamu aku lunglai. berikan tanganmu untukku ya alloh, raihlah aku agar aku bisa mensyukuri nikmatmu. sandinglah aku agar aku tak jatuh, kerena engkau segalanya bagiku ya alloh. ya alloh, aku membutuhkanmu, setiap waktu.

Rabu, 29 Mei 2013

sebenarnya aku mengharapkanmu

aku ingin ngomong apa adanya
udah berkali kali aku begini, aku cuma mpingin bilang ke kamu apa yang ada di hatiku. tapi aku gak bisa, selalu ada aja orang yang akan datang ke aku dan cerita soal sesuatu, padahal sering kali karena cerita itu

######
aku tidak bisa berbuat banyak
aku suka kamu
tapi aku harus diam begini
aku tak tau apa yang bisa aku lalukan.
aku gak mau makan temen
karenanya aku selalu terpaksa berbohong
aku harus bilang
semua baik baik aja, gak ada masalah
aku harus bilang di antara kita gak ada apa apa kok
padahal sebenarnya,
.......
aku cuma gak mau makan temen
tapi apa aku sanggup untuk terus ada pada posisi ini?
aku ingin juga bisa memberitahumu
kalau aku suka kamu
aku mengharapkanmu
######
semoga aku masih bisa deket sama kamu
walau sebentar aja
semoga semua gak cuma jadi angan angan kosong
semoga aku malam ini bisa meraihmu
walau hanya dalam mimpiku malam ini.

Selasa, 01 Januari 2013

curhatku

dear god

tuhan, mungkinkah memang aku terlalu lemah. sering aku mendadak tak bisa bergerak tanpa sesuatupun. termasuk baru saja, tuhan kenapa hatiku terlalu rapuh untuk mencerna semua yang terjadi, mengapa aku tidak jalani saja semua pelan pelan biar ketika semua terungkap aku tak lebih sakit dari ini.
tuhan, ketika semua telah berubah jadi mimpi jadikan aku bangun, jangan biarkan aku tetap terkatung katung dihempas angin begini, biarkan aku jatuh dari jurang atau selamatkan aku, agar hatiku tak panas dingin begini. hamba lelah kalau ceritanya begini terus. hamba butuh rehat.

aku tau apa yang terjadi, tapi aku tetap jadi penghayal nomer satu di dunia. sedemikian bodohkah aku?. aku lelah tuhan, berikan aku gula gula agar aku tak lupa rasanya manis. atau memang aku telah tinggal di antara gula, hingga aku tak tau kalau hidupku telah terlalu manis?.

apapun itu aku percaya padamu. in time, i will find the way. semakin jauh aku jatuh, makin aku tau artinya selamat, ya kan

Sabtu, 29 Desember 2012

curhatku - mading 3 dimensi-

dear diary
beberapa waktu yang lalu, may be tanggal 15 september 2012 aku  ikud lomba di its. dan inilah yang ingin aku bilang, sebuah perjuangan amat sangat sulit telah aku lalui.  perjalanan yang tak mampu kulukiskan dengan selembar kertas pun. namun karena perjuangan itulah aku jadi tahu. inlah sebuah perlombaan sebenarnya bukan soaal piagam. bukan soal menang atau kalah tapi soal rasa 'ada'. saat aku bisa berteriak selepas lepasnya, saat aku menahan nafas karena ketakutan. aku bisa merasakan gundahnya.

awalnya aku ingin bilang lomba ini hanya semacam 'having holiday',. namun itu awalnya. ketika aku memulai semuanya, temanku ternyata tak ikut, namun itu sama sekali tak membuatku sedih (sejujurnya aku kecewa juga sih). aku dapat pengganti yang jauh lebih baik
nggak kebayang jika teman pertamaku jadi ikut, mungkin lomba ini cuma jadi kenagan kali yaa
:) penggantinya jauh lebih cekatan, n satu hal kreative.

 sebenarnya dari pihak sekolah kayanya tidak sepenuhnya merestui keberangkatan kami, karena tim sekolah sudah ada 2. namun kami memaksa, walau konsekwensinya, kami harus biaya sendiri. namun semua itu justru membuatku terpacu. aku harus bisa lebih baik dari tim sekolah, tak lebih dan tak kurang, aku hanya berharap bisa membuktikan, apa yang sekolah lakukan untuk tidak sepenuhnya merelakakn keberangkatan kami adalah salah total.

kami berusaha mewujudkan semuanya, demi sebuah pertunjukan, demi sebuah pembuktian

hari pertama,
jumat pulang sekolah
 aku merasa semangat, hari ini adalah hari pertama aku bisa memulai usahaku untuk menjadi seorang 'mading maker'. kami memulai untuk merealisasikan angan angan, ide demi ide bermunculan, hingga akhirnya kami memutuskan untuk membuat sebuah gelas ukur dan di letakkan bumi di atasnya.
kami berharap, bola bumi itu dapat berputar, sehingga menjadi poin plus untuk tim kami.
terus usaha dah

hari kedua
sabtu pulang sekolah
aku lupa ngapain aa, tapi kami emang munlai nyiapin kerangka mading. tiga temanku se team ada acara pramuka di sekolah. maklum, mereka aktifis sih.

hari ketiga,
minggu sore
kami melakukan konsultasi dengan guru kami, gimana caranya buat mading itu bisa gerak. padahal kerangka yang kami gunakan dari bambu, otomatis pusat masanya nggak jelas. sulit banget, ribet pokoknya. and, salah satu guru kami  bilang gini tau.
"ini bukan maksud kami untuk menyaakan kalian dengan orang kafir ya, tapi orang kafir itu kalau dikasih tau bilangnya kata nenek moyang kami dulu", rasanya aku kesobek sobek. terus kamu mo bilang aku kafir?. hatiku udah ancur banget. pembuatan mading sulitnya minta ampun. kami pulang hingga jam 8 malam, justru di katain begini?

hari ke empat
senen di sekolah
pelajaran seperti biasa sih, tapi selepas istirahat kedua, aku di panggil guru. kirain urusan lomba OSN, tapi bukan, ini soal mding. its okey, aku di salahin lagi. puas? hatiku udah marah banget. kaya di otakku udah ada sebongkah dendam, aku pokok harus menang, kami harus menag, apapun itu. kami harus buktikan kalau kami bisa. nggak sepert kata mereka

hari ke lima
selasa pulang sekolah
ada kabar buruk, salah satu teman kami harus mewakili sekolah mengikuti diklat lingkungan hidup ke Batu. suasana menjadi panas banget, udah ada tanda tanda kami menyerah. terlalu banyak masalah. kami udah ngak tau apakah semua ini akan tetap bertahan atau ngak, kita pusing banget.

hari ke enam, ke tujuh , kedelapan
rabu, kamis pulang sekolah
dengan mengerahkan bantuan teman teman, mulai teman sekelas sampai tetangga kelas kami lembur sampai malam melakuakn wawancara ke pangolah biogas dan kemana mana. jadwal kami padat banget. pusiiing banget. pressure tambah besar, kami makin  dekat pada kta menyerah. bahkan di detik detik terakhir ini kami udah nyiapin ensin buat membakar mading.

hari kesembilan
jumat pulang sekolah
nanti malam kami berangkat ke ITS. suasana tambah kalang kabut, konsep mading gerak yang telah kami godog ternyata tidak bisa di aplikasikan, kami bener bener bingung musti dimana. ngecat mading juga belum selesai, terlalu banyak hal yang di pertaruhkan. tapi tinggal selangkah lagi, kami harus usaha, apapun yang terjadi. kendala lain, kendaraan untuk membawa kami ke ITS mendadak ti dak bisa berangakat karena tak ada STNK. semua kalang kabut banget, saling menyalahkan. full maksimum pressure deh. akhirnya kamimencoba untuk memaksimalkan efek lighting, untung kami mendapat bantuan tenaga dari adik kelas yang mau dengan relanya membantu kami dan berangkat ke surabaya. dan alhamduilah urusan kendaraan clear juag,
malem tiba rencana berangkat jam seblas malam gagal, jam dua belas malam kami menyatroni rumah orang untuk meminjam bor, namun orang tersebut meminta kai untuk mengebor di rumahnya. oke , palang dengan diameeter 1,5 meter kami bawa kerumah orang tersebut yag jaraknya 3 km, lewat tengah sawah. cuma 2 cewek. tengah malam

waktu terus berlanjut, akhirnya jam satu kami mulai packing. jam dua dengn di iringi doa, akhirnya kai berangkat. semanagat.  

hari kesepuluh
di its,  sabtu
hari ini adalah hari lomba kami, kami harus elakukan penyemurnaan mading. dengan suasana hati yang dag dig duar, alhamdulilah tepat ketika magrib datang kami di nyatakan menjadi juara 1, dan dapat memerikan yang terbaik buat sekolah kami. membalikkan apa yang telah mereka bilang.

so friend, jangan takut gagal. semakin berat badai menerpa semakin bersar pula rasa manis yang akan kita dapatkan ketika berhasil. sebenarnya masih banyak sekali cerita yang belum aku ttuliskan, kaya kami yang patah semangat lalu kocar kaicir konsultasi, binung cari lampu, sampai ketika berangkat yang beratapkan langit, alias naik bak belakang pick up, dan suasana ketika kami pulag, suka duka, kai lewati hari hari itu, menjadi memori yang tak boleh terlupakan untukku.

special thank to, my team. everesty nurani, arifatul mustakimah, robby wedha putra, agusta tri, and my menejer muhammir.
lalu segunung makasih buat teman tema yang udah membantu.
muhhamad iqbal yag rela pulang jam 12 malem dan ngedodokin pintu tetangganya buat pinjam bor
nazun hanif yang udah nemenin ke biogas dan pulang malem
teman teman kelas XII ipa 4 yang gak mungkin di sebutin satu persatu namanya, yang udah ngeantu dengan segenap peluhnya.
buat ortu, buat guru guru, buat eangnya everesty yang di kotorin ruamahnya buat buat mading, buat tukang bangunan yan udah ngasih bungkus semen dan seluruh manusia yang membuat apa yang kami uasahakan in terwujud.
dan gak kalah pentting dan gak boleh terlupa. Alloh yang udah memberikan jalan buat kami, kesehatan kami, dan segala anugerahnya.

BALADA SMA

Aku harus meninggalkan cahaya
Berlari menjauh dari pisau pisau bedah
Menghindari sorot lampu mahaterang
Sebelum kau menyayat hatiku sebagai kelinci percobaan
Sebelum kau koyak aku dalam geram

Sebuah hari minggu yang benderang, di unjung jalanan desa missac .
Matahari masih menyinari angkasa dengan angkuhnya, padahal bulan desember telah datang,  aku terus berjalan cepat, mengapa rumahku masih beitu jauh sih. . , rasanya kaki ini telah remuk menelanjangi pelataran jalan. Aku berjalan menununduk, terpaan cahaya matahari membuat mataku silau, parahnya aku terlalu sensitive cahaya, satu satunya cara cuma menyipitkkan mata.
Beban berat di punggungku semakin terasa, tasku yang berisi penuh tumpukan buku pelajaran pergemerisik  menggesek jaket yang kukenakan. Tas tanganku yang berisi oleh oleh khas Jogjakarta ku ombang ambingkan untuk menyeimbangkan berat tas punggung. Ah, tak apalah, sebentar lagikan aku sampai rumah, rasanya rindu sekali pada ayah dan ibu.
Telah satu semester aku meninggalkan rumah untuk menempuh pendidikan tinggi, selama itu pula aku tak menjejakkan kaki di tanah kelairanku ini, tanah yang membawaku menjadi seorang gadis yang siap bertarung menghadapi kerasnya dunia. Tanah yang mengajari aku banyak hal tentang memahami makna hidup.
HP di saku bergetar, setelah sedikit kesulitan akhirnya hp dapat ku ambil juga. Pesan dari evan. Ku buka pesan.
Appa kabar :D
 Aku terseyum kecil
Setelah kutimbang timbang akhirnya kuputuskan untuk tidak membalas smsnya. Membalas sms dengan bawaan sebanyak ini sangat merepotkan.
Ah, akhirnya sampai rumah juga.
“Assalamualaikum” ucapku setengah berteriak
“Walaikumsalam, ya Alloh nak. Sampai rumah juga” ujar ibu sambil memelukku.
Rasanya rindu sekali pada pelukan ibu
Setelah beramah tamah aku masuk ke kamar. Kamar ini telah aku tingalkan satu semester. tak banyak yang berubah disana, letak buku buku juga tak banyak berubah. Namun kamarku tak terlapisi debu, pasti ibu selalu membersihkan kamar. Ku hempaskan tubuh ini ke tempat tidur, ah rasanya nyaman sekali, perjalanan 6 jam dari Jogjakarta benar benar membuat tulang tulangku serasa remuk. Ku alihkan pandanganku ke meja belajar. Buku buku dan barang barangku ketika SMA masih berjajar disana, kebanyakan novel novel teenlit yang sering ku beli dulu. Dan, oh gambar itu, sebuah gambar berpigora kayu yang mulai pudar warnanya.
Ku raih gambar itu, setelah kulepas pigora akhrinya aku dapat menemukan tulisan tulisan di belakangnya
Untuk, temanku, yang akan melupakan aku. Semoga kertas ini bisa membantu otakmu untuk mengingat aku ya. Plis, jangan pikun terus dong. Masa aku juga mau kamu lupain sih?
:D
Gambar ini dari evan, aku terima ketika kami kelulusan SMA dulu, sudah jadi kebiasaan sekolah kami untuk bertukar kado ketika kelulusan, sebenarnya ini untuk menggantikan budaya mencoret coret baju ketika kelulusan sih, tapi mungkin memang ini akan lebih berarti.
Aku teringat SMS dari Evan yang belum ku balas, setelah sedikit menggeledah tas, aku menemukannya juga.
Kurang baik nih. Kak, kangeen banget nih
:P
Anganku melayang mengingat masa masa SMA dulu. Masa yang mengenalkan aku pada mahluk yang alay berat ini. Sebenarnya dia cukup dewasa, namun dia akan mendadak konyol ketika di sekolah. Mungkin kalau tidak ada kekonyolanya masa SMAku akan garing. Ah dasar evan. Nyebelin, tapi ngangenin. LOL.
Aku mengenal evan ketika masuk SMA kelas dua. Bukan karena apa, Cuma karena kami sekelas. Awalnya memang tak ada dari diri evan yang istimewa untukku, posisinya sebagai anak kesayangan para guru dan statusnya sebagai siswa aktif membuatku semakin malas berteman dengannya. Ey, bukan malas sih, mungkin lebih sebagai sulit. Aku lebih menyukai orang yang pendiam dari pada anak yang ramah seperti evan, karena menurutku seorang yang ramah justru penipu, kebanyakan keramahan cuma basa basi. Sedang aku bukan orang yang tertarik denagn bsa basi. Jahat ya aku.
Namun seiring waktu berlalu aku jadi lebih lunak untuk mengenal evan. Untunglah bayanganku tak sepenuhnya terbukti, walau kebanyakan apa yang aku perkirakan benar adanya, apa boleh buat, dia sekelas denganku, masak aku mau jaga jarak sih?. Memasuki semester dua aku mulai dekat dengan evan, dan hingga kelulusan kami masih lumayan akrab. Tak cuma hingga lulusan, namun hingga aku kuliah inipun, kami masih sesekali berkomunikasi.
HPku bergetar lagi, ada sms masuk. Balasan dari evan
Aku jg nih, kapan pulang?
:D
Ku letakkan hp, ah evan. Aku kangen banget sama kamu,  andai kamu ada di sini pingin deh ngejitak kamu, aku teringat dulu, kebiasaan kami ketika masih di kelas tiga, tempat tongkrongan kami dan teman teman beda dengan umumnya anak SMA, yang jadi temat nongkrong kami adalah musala sekolah, udaranya yang sejuk bisa merefresh otak. Pernah suatu hari selepas ujian smester kami mengerjakan tugas di mushala, sudah jadi kebasaan kami menjadi anak yang malesnya minta ampun (yang untungnya setelah aku kuliah kebiasaan satu ini hilang tuntas), ada tugas bahasa inggris untuk membauat discussion text, sudah lebih dari 2 bulan tugas ini nuggak namun belum juga aku kerjakan, berhubung evan adalah jagonya bahasa inggris maka dengan sangat terpaksa aku meminta tolong padanya untuk menerjemahkan ke bahasa inggris.
“van, aku masih punya utang kamu nih” ujarku pelan
“apa lin?” tanyanya tanpa mengalihkan konsentrasi dari tugas
“ngejitak kamu” kataku tanpa salah dan langsug menjitak evan
“lin , ya ampun..” ujarnya terkejut
“lin, kamu tau nggak kepala ini fitrah, suci. Kok kamu jitak sih, ini fitrah tau” kata evan tak senang, tampang cemberutnya justru membuatku tak bisa menahan tawa.
Pasti dia amat sangat jengkel padaku, tapi entah mengapa kau sanagt senang membuat dia marah, mungkin karena ketika dia marah dia akan tampak lebih cold, jadi aku lebih bisa menerimanya. Walau tak bisa di elak, muncul sebersit rasa bersalah melihat evan seperti itu.
Sebagai teman, memang tingkahku tak pantas di contoh. Seharusya kau bisa menerima orang lain apa dadanya, sebenarnya untuk teman teman yang lain aku bisa menerima mereka sesuai dengan karakter yang mereka sajikan, namun evan, entahlah, aku sangat tertarik untuk bisa merubah evan mejadi orang yang aku harapkan, yaitu oang yang lebih serius dan menghargai banyak hal bukan cuma sebagai basa basi, namun dari hati. Karena aku sering merasa bahwa ketika dia memuji, dia cuma sekedar memuji, bukan dari hati namun sekedar sebagai gincu, hanya sebagai pemanis bibir, cuma bagian dari kesempurnaan sifat ramahnya, itulah yang membuat aku tidak tertarik pada keramahannya.
Sering pula aku merasa teramat asing dengan sosoknya, padahal aku telah mengenalnya dua tahun itu, bangku kamipun tak terlalu jauh, jadi aku sering berinteraksi dengannya, namun entah mengapa, aku merasa ada yang aneh padanya, seerti caranya memperhatikan orang, mungkin karena dia terlalu sering jadi pusat perhatian maka  dia lupa cara memandang seseorang dari hati. Memang dia melihat A, namun telinganya mendengarkan B dan otaknya memfikirkan C. mungkin orang lain bisa menerima, tapi aku tidak bisa. Aku mau dia jadi orang yang memberikan matanya, telinganya dan hatinya pada satu orang, sebagai keramahan yang sesungguhnya. Mungkin bagi orang lain apa yang ia sajikan sudah merupakan sebuah perhatian penuh, namun aku merasa dia tidak benar benar memperhatikan sehingga dia cuma bisa menanggapi suatu kalimat dengan ‘oo’ atau ‘benarkah?’. Terlihat memperhatikan, namun sebenarnya tak tau apa yang terjadi, hebat.
Terlepas dari kenyataan itu, aku memang tersihir olehnya, evan sosok yang hebat. Aku belajar banyak darinya. Belajar bagaimana cara mengenang suatu memori, cara menghargai dan banyak hal yang aku tak tau namun aku lakukan. Denang segala yang ia punya, evan telah membuat aku menjadi seseorang yang baru, yang bisa menjadi sedikit madu dari hidupku yang bergeronjal, alau kadang memang sih, evan menambah dalamnya geronjalan itu.
Evan, mengertilah, aku berharap kamu tau. Mungkin untukmu aku tak ada artinya, mungkin aku cuma bayang bayang yang tak berguna, aku hanya angin yang akan hilang dan mudah dilupakan seiring waktu.
Mungkin aku memang tak tahu seberapa berartinya kamu untukku, secara logika mungkin aku akan bilang kamu tak banyak berarti untukku, mungkin dalam kata aku akan bilang kamu pergi saja, namun kenyataannya, kamu telah  jadi semacam candu untukku, tak peduli apa yang bisa kamu lakukan untukku, nyatanya tanpamu, tak ada yang pantas untuk di ingat. Nyatanya tanpamu, cerita yang telah ku lalui tak akan terbentuk. Karena entah kamu sekedar jadi figuran atau jadi pemain utama, kamu telah mengisi waktuku.
Van, termakasih ya. Atas semua yang telah kamu berikan untukku. Untuk semua kenangan yang telah kau ukir, unuk semua yang telah kamu sumbangkan padaku. Aku memang tak pernah bisa bilang padamu tentang segalanya, namun ku harap ini akan bisa memberimu sedikit jalan untuk tahu.
Evan, Aku merindukanmu
Aku tak tau bagaimana kamu sekarang, apakah kau jadi star sekarang? Pasti kamu jadi star, yang semakin terang, bukannya dari dulu kamu memang bigitu terkenal ya. Aku tak tau kamu yang sekarang, namun aku akan selalu mengenalmu, sebagai evan yang selalu aku rindukan, sebagai evan yang tak melupakanku walau kita tak bersama lagi.
Love you van.






PENSIL PENGAGUM RAHASIA

Hari pertama uas akhirnya datag juga
Rasanya gugup dan dag dig duar, tapi apa boleh buat, waktu pasti berlalu juga kan, dan di minta tak diminta masa ujian pasti tiba, jadi lebih baik aku memulai hari ini dengan rasa percaya diri, sekedar motivasi sih, pokoknya aku harus bisa.
Kebetulan pagi ini aku diantar kakak, jadi jika mood ku udah 100% jadi melonjak ke range 102%, semangat banget dong? Ya iyaah. .  he he.  Berhubung semangatku lagi amat sangat baik sekali, aku bisa memulai waktu dengan senyum (yang jelas, kayaknya jarang banget aku senyum ginian). Aku masuk gerbang dengan jejakan kuat. Hay skul, I ready for you.
Dan, oh tuhan
Dia lewat ke araku, ya ampun, Bagas, pagi ini manis banget sih.
“Hey, ayo ikut aku beli pensil” ujar Bagas (padahal gak pernah dia ngajak aku sebelumnya)
“Ah, aku punya beberapa nih udahan” jawabku. Bodohnya, seharusnya aku bilang ‘iya’
“Punya berapa?” tanya Bagas
“Tiga” jawabku pendek tanpa salah, seakan tak terjadi apa apa. Aduh, kenapa aku jaim banget. padahal kesempatan nih
“Pinjem satu dong, pensilku dibawa Fathir” kata Bagas mendekat padaku
Akhirnya aku buka tas, em pensil mana ya, ini aja deh. Ku keluarkan pensil 2B dan ku berikan pada Bagas, sekilas kulihat pensil itu. Udah tumpul
“Butuh rautan apa nggak?” tanyaku lagi.
Bagas terlihat mengamati pensil itu
“Eh, iya deh” jawabnya
Ku cari rautan, mana sih. Oh ini dia. Kukeluarkan rautan dan kuberikan padanya setelah menerima rautan dariku dia mulai meraut pensil tanpa berkata apapun
Seperti biasa tingkahnya dingin, teramat dingin, sebenarnya aku tak banyak tahu tentang bagas walau sama sama kelas tiga dan kelas kami bersebelahan bukan berarti aku kenal baik dengannya, cerita tentang bagas cuma ku dengar dari teman teman yang sering arisan cowok. dan sepertinya Bagas termasuk dalam daftar kandidat mereka.
Satu satunya jalan untukku berinteraksi dengan bagas adalah jam bahasa Indonesia. Kebetulan kami memiliki jam yang sama. oh iya, sekolahku adalah SSI. Jadi system kami seperti perkuliahan, temanku sekelas berubah terus sesuai dengan pelajaran yang kami terima, dan karena jadwal sift seperti itu akhirnya aku bertemu Bagas. Walau dalam waktu 2x 45 menit itu belum tentu aku bisa bertegur sapa dengan nya, namun  cukuplah untuk mengobati kangenku.
Bagas mengibaskan rautan dan mengembalikannya padaku, aku segera pergi. Kudengar dia mengucapkan terima kasih, namun aku tak sanggup bilang sama sama, hatiku sudah meloncat loncat minta keluar, kalau tak cepat pergi, aku takut jantungku copot beneran.
Kenapa ya, kalau di depan bagas aku selalu jaim begitu, padahal kan sebenarnya aku ingin sekali berbincang dengannya, apa memang ketika berhadapan dengan orang yang dikagumi seseorang akan mendadak lain seperti itu?, tau kah kau jawabnya?.
Aku meninggalkan pos satpam dan berlari menapaki balok balok beton ditaman, sekali kali kulihat kebelakang. Bagas mana ya, sebenarnya aku berharap dia memanggilku dan kekelas bersamaku namun justru sebalikknya, Bagas malah menghilang.
Di koridor depan ruang guru aku bertemu Meta, ah sial banget padahal aku masih kepingin mencari Bagas
“Vin, kok cepat cepat sih?” tegur Meta
“Ah nggak juga” jawabku, terpaksa aku mensejajari langkahnya
Mataku masih tetap meloncat loncat kesana kemari mencari bagas, oh itu dia. Bagas berjalan dengan gaya yang cool ke arahku rasanya kaki ini cekot cekot, oh tolong, jangan pingsan mendadak dong, alay banget.
Dengan penuh harap aku mengamati Bagas, bukannya mendekat, ia justru berbelok ke parkiran. hancur sudah angan angan ku. Kaca mimpi yang ku ukir mendadak ambrol. Padahal aku terlanjur membayangkan bagas akan berlari kearahku dan berjalan menjajariku dan menyapa, atau kalau bisa berbincang bincang, tapi nyatanya…
Akhirnya dengan lunglai aku masuk ke kelas, pagi ini sebenarnya kami akan menempuh UAS dan sepertinya Bagas membatku sedikit lebih semangat. Beberapa kali fikiranku melayang pada saat pertama kali aku bertemu dengan Bagas.
Aku melihatnya pertama kali ketika kelas sepuluh semester dua, saat itu aku kebetulan ada jam kosong, seperti biasa aku dan beberapa teman memilih ke mushala. kebetulan saat itu Bagas dan teman temanya juga ke mushala. Walaupun cuma bisa melihat tanpa mengenal dia. Pertemuan pertama itu tak pernah terlupakan.
Bahkan hingga kelas tiga semester satu ini, walau aku cuma bisa bilang “hay” padanya, ah andai aku bisa berbincang lebih lama dengan Bagas.
--------------
UAS selesai juga, raport akan di bagikan esok hari. Aku cuma termenung di bangkuku.
Dua hari lagi aku akan libur sekolah, cukup lama. Kami akan libur dua minggu padahal sekarang masih semester satu ,biasanya semester satu kami hanya libur satu minggu. Bukannya senang libur panjang, aku justru merasa sedih, empat bulan lagi kami akan lulus, itu artinya aku tak bisa bertemu lagi dengan Bagas, waktu detik detik terakhir justru di isi dengan liburan pula, padahal di sekolah sebulan aku hanya bisa bertemu dengannya empat kali. Di waktu terakhir. Dan aku tak bisa bertemu lagi.
Tak terasa setetes air mata membasahi pipiku. Kenapa aku merasa sesedih ini, inikan bukan pertemuan terakhirku dengan Bagas, lagi pula aku cuma pengagumnya. Bagas sama sekali tak tau, lalu buat apa aku sedih begini.  Namun apa daya, hatiku tak bisa berbohong,
“vin, kok sendirian?” seseorang menepuk bahuku pelan
Reflek aku menoleh.
“Bagas?” ujarku kaget, bagas nyamperin aku?. Hallow aku mimpi ya?
“oh, aku ngagetin ya?, maaf ya” ujar bagas lagi. Bagas duduk di hadapanku
“em, ada apa?” tanyaku
”oh iya” ujarnya sembari mebuka tas dan mengeluarkan kotak pensil. Bagas mengambil pensilku dan menyerahkannya padaku. “ini, makasih ya”
“em, sama sama” aku masukkan pensil kedalam tas. “gimana ujiannya?” tanyaku basa basi
“lumayan sih” jawabnya datar
Begitulah bagas, andai aku tanyakan sesuatu padanya sepanjang tujuh foliopun paling dia hanya akan menjawab dua kata saja, namun kenyataan itu tak bisa membuatku  menjauh darinya, aku justru ingin mendekat padanya.
“ ya sudah makasih pensilnya” ujar bagas sambil berdiri meninggalkanku.
Ekor mataku mengikuti laju Bagas. Tiba tiba bagas berhenti dan berbalik.
“aku lupa, seminggu lagi tahun baru ya, em. Happy new year” ujarnya. Lalu bagas mereogoh sesuatu di tasnya.
“buat kamu” kata bagas dan memberikannya padaku.
“apa ini?” tayaku tak mengerti, sebuah surat yang digulung.
“baca aja” ujarnya datar lalu pergi.
Jantungku dag dig duar, apa ya isinya? Special Letter from bagas. Ku bolak balik surat pemberian bagas. Pelan pelan ku buka gulungan itu. ‘hay, thanks buat pensilnya. Ku harap liburan kamu menyenangkan.’. selepas membaca tulisan itu aku cuma terdiam, isiya simple, biasa banget tapi bisa membuat hatiku kena serosis mendadak. Awas, jantungku mau meledak. Tim SAR mana siih..
tak seperti tujuh menit yang lalu, aku terdiam karena aku bingung bagaimana aku harus mengungkapkan rasa senang di hati, aku senang banget.. tak ku sangka semua ini akan terjadi hanya dalam tujuh menit, semua berubah. Thanks god
 Berkal kali ku baca gulungan kecil itu, berkali kali pula aku tersenyum karenanya. Ah, siapa yang tahu soaal jalannya alur kehidupan. Dan sepertinya Alloh berpihak padaku hari ini.
ngomong ngomong bisa nggak ya, selepas liburan aku dekat dengan Bagas, gak cuma jadi pengagum rahasianya tapi jadiii….. ah, cukup deh hayalanku. Tapi emang ada indikasi kalo aku bakal deket sama bagas nih. cihuy